Minggu, 23 Februari 2014

background keren power point bertema buku

hallo semua, nah yang punya tugas untuk presentasi menggunakan powerpoint, nah... dewi punya background bagus nih buat presentasi kalian, temanya buku.


















semoga bermanfaat, terima kasih sudah mengunjungi blog ini dan sampai jumpa. ^_^

Jumat, 07 Februari 2014

Cerbung : The Sweety Girl by Dewi Septiani



THE SWEETY GIRLS
by dewi septiani

Di sebuah Sekolah Menengah Atas yang bernama SMA Negeri 26 Jakarta, terdapat sebuah genk yang sangat populer, di banding genk-genk lainnya, genk itu bernama ‘The Sweety Girls’ yang beranggotakan empat orang siswi yang terkenal dengan bakat-bakat mereka masing-masing, Tinggi mereka sekitar 168-170 cm, mereka yaitu:
Pertama, Chika Liliana, cewe belasteran jawa-sunda ini, terkenal dengan wajahnya yang cantik + imut, dalam pelajaran, dia unggul di pelajaran Kimia dan Biologi, dia jago segala macam olahraga, tapi dia paling jagonya pada olahraga badminton, selain itu dia juga jago karate dan pintar bermain gitar, Chika menguasai 3 bahasa, yaitu jawa, inggris, dan Indonesia tentunya. Ciri-ciri Chika : berambut lurus dan panjang tanpa poni, matanya sedikit sipit, hidungnya mancung, bibirnya sedang dan kulitnya kuning langsat, bertubuh langsing dan tingginya 169 cm.
Kedua, Dhea Angelic, wajahnya mirip dengan Chika, sampai-sampai banyak orang yang susah membedakan mereka berdua, dia belasteran Korea-indo, cewe yang satu ini, terkenal dengan bakatnya bermain tennis meja yang sangat memukau, walaupun sebenarnya dia jago di segala macam olahraga, dia unggul di pelajaran Fisika dan IPS, jago karate dan pintar memainkan suling. Dhea menguasai 3 bahasa, yaitu Inggris, Korea dan Indonesia. Ciri-cirinya sama seperti Chika, hanya saja gaya rambutnya Dhea berbeda dengan Chika, dan tingginya 168 cm.
Ketiga, Thalita Winchest, cewe belasteran Indo-Aussie-Perancis ini, memiliki tubuh paling tinggi di antara yang lain, dia terkenal dengan wajahnya yang cantik, pintar menguasai bahasa asing dan bakatnya bermain basket yang sangat hebat, seperti yang lain, dia juga jago di segala macam olahraga, hanya saja yang paling klop sama Thalita hanya basket. dia unggul di pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika, jago karate dan pintar bermain piano dan drum. Thalita menguasai 4 bahasa, yaitu inggris, Perancis, korea dan Indonesia, dia bisa berbahasa korea karena di ajari oleh sahabat-sahabatnya yaitu oleh Chika dan Dhea, sedangkan Prancis di ajari oleh neneknya yang merupakan orang perancis. Ciri-ciri Thalita yaitu berambut panjang berwarna pirang coklat, matanya berukuran sedang dan berwarna biru koral, hidungnya mancung, bibirnya mungil, kulitnya berwarna putih layaknya orang barat, bertubuh langsing dan tingginya 170 cm.
Dan yang terakhir, Kimmy Nakamoto, cewe belasteran Jepang-indo ini, memiliki wajah yang sangat imut dan cantik, dia adalah anggota ‘THE SWEETY GIRLS’ yang paling muda, umurnya masih 15 tahun, sedangkan anggota the sweety girls yang lain sudah berumur 17 tahun. Kimmy memiliki banyak kelebihan, fisiknya yang ideal dan otaknya yang pintar, dia pemegang tetap gelar juara umum di sekolahnya bahkan di negaranya , pintar menguasai bahasa asing, sangat jago karate dan pintar memainkan piano dan biola, tapi anehnya, walaupun dia memiliki banyak kelebihan, dia belum pernah merasakan yang namanya pacaran, Kimmy menguasai 5 bahasa, yaitu jepang, korea, inggris, prancis dan Indonesia, kimmy di ajari bahasa korea oleh Chika dan Dhea, kalau prancis, dia di ajari Thalita, Kimmy jago di segala macam olahraga, hanya saja yang paling jodoh sama Kimmy hanya 2, yaitu olahraga lari dan renang. ciri-ciri Kimmy yaitu berambut lurus warna hitam legam, panjang rambutnya sepunggung, matanya bulat seperti boneka, berbulu mata sangat lentik, hidungnya mancung, bibirnya mungil dan berwarna merah alami, berkulit putih eksotis, bertubuh langsing dan tingginya 168 cm, benar-benar seperti boneka hidup.
Dia memiliki saudara kembar laki-laki, namanya Tommy Nakamoto, dia tidak satu sekolah dengan Kimmy, dia bersekolah di SMA Negeri 8 Jakarta, sehingga belum ada satu orang pun di sekolah Kimmy yang tau wajahnya Tommy, termasuk sahabat-sahabatnya Kimmy. Tommy berbeda sekali dengan Kimmy, Tommy sudah sering merasakan yang namanya pacaran, bahkan jumlah mantannya saja dia sudah lupa, tapi sekarang dia lagi sendiri alias Jomblo or single, Tommy memiliki banyak kelebihan, salah satu kelebihannya yaitu memiliki wajah yang sangat tampan, jago karate dan olahraga, terutama bermain basket, dan lain-lain.
mereka berempat mendapat gelar pelari putri tercepat di sekolah itu, tapi jika mereka di suruh bertanding, Kimmy lebih unggul di banding sahabat-sahabatnya, begitupun dengan karate, Kimmy lebih jago dari pada mereka, mereka juga pemegang gelar The Queen Of The Best Queen dan The Golden Voice di sekolah itu.
Pada suatu pagi, sebelum bel masuk berbunyi, Kimmy dan Chika sedang asik berbincang-bincang di bangku panjang depan kelas mereka, yaitu XII IPA 1.
“Kim, gue denger bakal ada murid baru ya?” Tanya Chika pada Kimmy yang saat itu sedang membaca buku Sains dengan asiknya.
“hmm.” Kimmy hanya bergumam, sebenarnya dia tidak terlalu mendengarkan pertanyaan Chika tadi, karena terlalu asik membaca.
“Kira-kira, laki-laki atau perempuan ya?” Tanya Chika kembali dengan penuh penasaran, dia menunggu jawaban dari Kimmy.
“hmm.” Gumam Kimmy kembali, lagi-lagi dia tidak terlalu mendengarkan pertanyaan Chika tadi.
Chika merasa kesal, bukan itu jawaban yang diinginkannya, dia mulai curiga kalau Kimmy tidak mendengarkannya bicara… lagi? Ya, Kimmy memang suka tidak mendengarkan orang yang mengajaknya bicara saat dia sedang terlalu asik melakukan sesuatu, Chika langsung menarik buku Sains yang sedang di baca Kimmy, “Kim, lo dengerin gue ngomong gak sih?”
Kimmy tidak menjawab pertanyaan Chika yang tadi, dia malah berusaha mengambil bukunya yang di pegang Chika, tapi Chika tidak mau memberinya, “Chika… tolong kembalikan bukunya!”
Chika tetap tidak mau memberinya, dia menatap tajam Kimmy, tepat di manik-manik mata Kimmy yang indah, “Gue mau nanya, tadi lo dengerin gue ngomong gak?” Tanyanya tegas.
Kimmy nyengir kebo sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia merasa bersalah karena nggak dengerin Chika tadi, “tidak, hehehe… maaf ya, habis lagi seru sih.” Dia menangkupkan kedua tangannya di depan dada, meminta maaf pada Chika.
Chika menghembuskan nafas dengan berat, dia bisa mengerti Kimmy, karena dia sudah sangat mengenal Kimmy, dia geleng-geleng kepala. “Kimmy… Kimmy… tadi gue nanya, kira-kira murid barunya laki-laki atau perempuan?” ucapnya sedatar mungkin yang dia bisa.
Kimmy tersenyum, dia tau, kalau Chika sudah memaafkannya, tapi sekarang dia menjadi bingung, murid baru? Dia tidak tau kalau akan ada murid baru. “memangnya akan ada murid baru?” pertanyaan itu yang terlintas di pikiran Kimmy saat ini.
Chika menghela nafas berat untuk kedua kalinya, sahabatnya yang satu ini bener-bener ketinggalan informasi, Chika menepuk dahinya. “Ca-pe-deh… kemana aja sih lo Kim? Ketinggalan informasi banget.”
Kimmy nyengir kembali. “hehehe… kamu kan tau, kerjaan aku selalu baca buku. Jadi, aku tidak terlalu memperhatikan sekitarku, karena yang aku tau itu isi buku yang aku baca, bukan lingkungan sekitarku saat ini.”
Chika memutar bola matanya, “ah… elo sih, kutu buku banget, mungkin karena itu kali ya, elo satu-satunya anggota ‘The Sweety Girls’ yang belum punya pacar sampe sekarang.” Chika mulai menggoda Kimmy.
“kalau soal pacar, itu bukan karena aku kutu buku, tapi karena belum ada yang cocok sama aku.” Kimmy menjulurkan lidahnya.
“apa kata lo aja deh! Oya, menurut lo, murid barunya itu laki-laki atau perempuan?” Chika mengalihkan pembicaraan.
Kini giliran Kimmy yang menghembuskan nafas berat, padahal sudah jelas-jelas Chika tau kalau Kimmy tidak tau tentang anak baru itu, tapi masih aja di tanyain. “aku tidak tau, waria mungkin.”
Chika mulai kesal kembali, lagi-lagi bukan jawaban yang di inginkannya dari Kimmy, “heh… gue serius nih…”
“aku juga serius, sudah tau aku tidak tau tentang anak baru itu, tapi kamu masih menanyakannya ke aku, lagi pula kenapa kamu menanyakan tentang anak baru itu? Memangnya penting ya?” Jawab Kimmy dengan santai.
“bagi gue, semua hal itu penting, termasuk kapan semut peliharaan gue melahirkan, kapan pembuatan aktenya, dan dimana melahirkannya,” Chika terlihat bangga dengan jawabannya tadi.
Kimmy mengangkat sebelah alisnya, sejak kapan Chika melihara semut? “memang kamu punya peliharaan semut?”
Chika nyengir badak, “nggak, hehehhe…”
Kimmy memutar kedua bola matanya, tapi akhirnya ikut tertawa. Huahahahah… :D
Tiba-tiba, Thalita dan Dhea yang baru datang, langsung ikut bergabung dengan mereka berdua.
“Hi guys, seru amat nih keliatannya.” Ucap Thalita sangat ceria.
“lagi pada ngomongin apa? gabung dong!” ujar Dhea nggak kalah cerianya dengan Thalita.
Kimmy tersenyum. “lagi ngebicarain semut peliharaan Chika yang melahirkan.” Jawabnya asal-asalan.
Dhea mengangkat sebelah alisnya, terlihat sekali kalau dia bingung, seakan-akan, di keningnya terpampang jelas tulisan ‘sejak kapan Chika melihara Semut?’. “serius?” Tanya Dhea untuk memastikan kebenaran ucapan Kimmy tadi.
Chika menghela nafas untuk kesekian kalinya, kedua bola matanya berputar. “ya nggak lah… kita lagi ngomongin anak baru yang bakal sekelas sama kita.”
Dhea manggut-manggut mengerti, ternyata Kimmy tadi hanya bercanda, tapi kok kedengarannya garing banget ya? Ah sudahlah…
Thalita sepertinya juga mengerti. “oh… tentang anak baru itu, gue denger anak baru itu laki-laki loh.” Ucapnya seakan-akan menjawab pertanyaan yang ada di pikiran Chika dari tadi.
Chika langsung menatap Thalita dengan kecepatan kilat. “lo tau dari mana?” Chika sangat penasaran. Apa Thalita ngebaca pikiran gue? Chika membatin.
Thalita menghela nafas, “gue tau dari anak-anak lah… oya Kim, lo kan belom punya pacar, siapa tau aja lo jodoh.” Thalita mulai dengan teka-tekinya.
Ternyata nggak… pikir Chika kembali.
Kimmy mengangkat sebelah alisnya. “Maksudnya?”
Thalita mengangkat bahunya. “ya mungkin aja lo jodoh sama anak baru itu.”
“tidak usah bercanda deh.” Kimmy tau, kalau pembicaraannya sudah seperti ini, pasti sahabat-sahabatnya itu akan ngungkit-ngungkit ke-singel-annya.
“aduh… please deh honey, gue nggak bercanda, coba deh lo pikir, kalo lo punya pacar, ‘The Sweety Girls’ bakal full punya pacar semua.” Jawab Thalita dengan gaya sok modelnya.
“bener kata Thalita, masa genk paling populer di sekolah ini, salah satu anggotanya ada yang gak punya pacar, apa kata dunia?” sambung Dhea dengan gaya ciri khasnya, yaitu menaruh kedua tangannya di belakang kepala.
“bener tuh Kim.” Timpal Chika, dia manggut-manggut setuju dengan ucapan Dhea dan Thalita.
Benar yang di perkirakan Kimmy, sahabat-sahabatnya ini mulai mendesaknya kembali untuk memiliki pacar, walaupun itu suka membuatnya kesal, tapi dia tetap berusaha untuk tetap tenang menghadapi sahabat-sahabatnya ini yang terkadang sangat menyebalkan baginya. “sudah deh, terserah apa kata dunia, tapi hati tidak bisa di paksain.”
Tiba-tiba, Kimmy merasa perutnya sangat sakit, sangat-sangat sakit, sampai membuat Kimmy meng-aduh kesakitan, rasanya perutnya seperti di gencet benda yang super duper berat dan di lilit ular piton yg abis makan badak.
Kimmy memegangi perutnya. “aduh…”
Dhea, Thalita dan Chika yang tadinya senang karena habis menggoda Kimmy, sekarang berubah menjadi cemas melihat Kimmy seperti itu.
“Lo kenapa Kim?” Tanya Dhea seolah-olah mewakili pikiran Chika dan Thalita.
Kimmy meringis kesakitan “perut aku sakit banget Dhe, aduh…” Kimmy kembali meng-aduh.
Thalita dan Chika mulai curiga kalau penyakit Maag Kimmy kambuh lagi.
“lo sarapan gak tadi?” Tanya Chika.
“sarapan…” jawab Kimmy, suaranya terdengar lirih karena menahan rasa sakit.
“tadi malem?” kali ini Thalita yang bertanya.
“tidak, soalnya aku langsung tidur karena kacapean.” Ucap Kimmy lirih.
Dhea menghela nafas berat, dia tau kenapa Kimmy sekarang seperti ini, kesakitan karena perutnya yang bermasalah seperti ini, sudah pasti dan tidak salah lagi… penyakit Kimmy kambuh! “pantesan aja perut lo sakit, maag lo kambuh tuh…”
“makanya, lain kali makannya di atur.” Chika menasihati untuk yang ke…. Sekian kali? Ya, Chika memang suka menasehati Kimmy yang jadwal makannya tidak teratur, padahal sudah tau kalau dia punya penyakit maag, tapi jadwal makannya sering sekali tidak teratur, alasannya bermacam-macam, sibuk ngerjain PR lah, kecapean lah, dan masih banyak lagi, tapi walaupun kita super sibuk, kita tetap tidak boleh lupa untuk makan kan? untuk menjaga tubuh kita agar tetap sehat.
“Iya…”
Thalita merangkul Kimmy dengan lembut “ayo kita ke UKS, Kimmy harus istirahat sampai sakitnya hilang.” Thalita membantu Kimmy berjalan, begitupun dengan Chika dan Dhea.
Mereka berempat pergi ke UKS, tidak lama kemudian, bel masuk berbunyi, sesampainya di UKS, Kimmy di baringkan di kasur yang ada di sana dengan di bantu Thalita.
“Chik, tolong ambilin obat maag di kotak obat itu!” Thalita menunjuk kotak obat yang terpampang manis di dinding. “Dhe, tolong ambilin air ya.” Ucapnya kemudian pada Dhea.
“ok!” sahut Chika dan Dhea berbarengan, mereka tidak keberatan sama sekali, toh ini untuk sahabat mereka sendiri, jadi ini juga kewajiban mereka kan sebagai sahabat yang baik.
Chika berjalan menuju kotak obat itu dan membukanya, dia mulai mencari obat maag disana, tapi tidak ketemu juga. Mana sih obatnya? Kok nggak ada?ah… pasti ada, mungkin gue Cuma nggak ngeliat. Gumam Chika dalam hati, dia mencari-cari kembali, dan ketemu!  Chika senang sekali karena obat yang di cari-carinya sejak tadi akhirnya ketemu.
Chika menutup kotak obat itu dan berjalan menuju sahabat-sahabatnya itu, “ini Tha.” Chika memberikan obat yang di pegangnya pada Thalita.
Thalita mengambil obat itu dan tersenyum. “thank’s ya Chik”
“ini airnya Tha.” Ucap Dhea,
“Thank’s Dhe.” Thalita mengalihkan pandangannya dari Dhea ke Kimmy. “Kimmy, ayo cepat minum obatnya!” perintah Thalita sambil memberi obatnya ke Kimmy.
Kimmy menurut, dia merubah posisinya yang tadinya berbaring menjadi duduk di pinggiran kasur, dia mengambil obat di tangan Thalita dan memasukannya ke dalam mulut, lalu mengambil gelas berisi air putih yang di ambilkan Dhea tadi.
“terima kasih ya.” Ucap Kimmy setelah meminum obatnya, dia mengubah posisinya kembali menjadi berbaring, dia senang memiliki sahabat-sahabat yang baik seperti mereka.
“sama-sama.” Ujar Chika, Dhea dan Thalita berbarengan, lalu mereka saling pandang dan tertawa bersama.
“ini gunanya sahabat bukan?” Tanya Dhea dengan bangga.
Kimmy tersenyum senang. “ya!” Kimmy baru mengingat sesuatu, tadi saat mereka ke UKS, bel masuk berbunyi kan? Dia tidak mau kalau sahabat-sahabatnya ini ketinggalan pelajaran karena harus menemaninya disini. “hmm… kalian ke kelas saja, aku bisa sendiri di sini kok, nanti ibu Dahlia nyariin kalian lagi.”
Thalita mengangkat sebelah alisnya. “lo ini ngomong apa sih?”
Kimmy menghembuskan nafas “nanti ibu Dahlia nyariin kalian kalau kalian tidak ada di kelas, kalian duluan saja, nanti kalau aku sudah merasa lebih baik, aku akan nyusul.” Ucap Kimmy dengan nada serius.
Chika diam, memikirkan sesuatu, tapi tak lama kemudian, dia berbicara dengan bijak. “gini aja, Thalita, Dhea, kalian duluan aja ke kelas, bilang ke ibu Dahlia, kalau penyakit Kimmy kambuh, dan gue yang nemenin dia di sini, nanti kalau Kimmy udah mendingan, kita bakal nyusul ke kelas.”
Kening Dhea sedikit berkerut, dia merasa tidak yakin, “yakin mau nemenin Kimmy sendirian?” Tanya Dhea dengan ragu.
Chika mengangguk mantap, “ya, gue yakin, udah sana ke kelas.”
Dhea mengangguk mengerti, lalu dia menggandeng lengan Thalita. “ya udah, ayo Tha.”
Thalita dan Dhea melangkah pergi meninggalkan Chika dan Kimmy di UKS, sedangkan Kimmy dan Chika hanya bisa melihat punggung mereka yang semakin jauh.
Mereka sampai di depan kelas, pintu kelas mereka masih terbuka, itu artinya belum ada gurunya, mereka menghembuskan nafas lega, lalu masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku mereka masing-masing, tidak lama kemudian ibu Dahlia masuk ke kelas, bersama anak baru tentunya, yang sudah menjadi pembicaraan ‘The Sweety Girls’ tadi sebelum bel masuk berdenting.
Dhea langsung terperangah melihat anak baru itu, badannya tinggi dan tegap, wajahnya tampan, gayanya juga keren.  “Tha, liat tuh anak barunya, keren banget…” bisik Dhea pada Thalita yang duduk di sebelahnya dengan semangat.
Thalita menghembuskan nafas berat, emang lo kira gue buta? Gerutu Thalita dalam hati. “iya, gue tau, gue juga liat kaleee…” jawab Thalita dengan dingin.
Tapi sepertinya Dhea tidak menyadari nada dinginnya Thalita, dia terlalu sibuk memandangi anak baru itu.
“pagi anak-anak.” Sapa ibu Dahlia dengan ramah, ibu Dahlia adalah guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas mereka, dia terkenal dengan sifatnya yang lemah lembut tapi tegas.
“pagi bu.” Semuanya menjawab dengan kompak.
“hari ini kalian kedatangan murid baru dari Bandung.” Ibu Dahlia menoleh ke arah anak baru itu. “silahkan perkenalkan dirimu.” Ibu Dahlia mempersilahkan pada anak baru itu.
Anak baru itu tersenyum pada ibu Dahlia. “terima kasih bu.” Lalu menoleh pada siswa-siswi yang ada di kelas itu. “perkenalkan nama saya Nickolas William, panggil saja saya Nicko.” Ucapnya dengan ramah.
Wah… dia keren banget… ungkap Dhea jujur dalam hatinya. Dia lebih keren dari Daniel. Gumamnya lagi dalam hati.
Daniel adalah pacarnya Dhea, dia sekolah di SMA Nusa Jaya Jakarta, dia itu tipe pacar yang overprotective sehingga membuat Dhea gerah dengan kelakuannya, sifat pacarnya yang overprotective itu sudah tentu di sembunyikan Dhea dari sahabat-sahabatnya. dia ingin putus dengan pacarnya, tapi Dhea tidak ingin putus begitu saja, dia ingin melihat pacarnya yang overprotective itu menderita di hadapannya, dan sepertinya sekarang dia tau apa yang harus dia lakukan untuk membuat pacarnya menderita.
Ternyata bukan hanya Dhea yang berpendapat kalau anak baru itu keren, tapi Thalita juga.
Dia keren juga… kayaknya gue bisa manfaatin dia buat bales dendam ke Alnord. Alnord Gardiens, tunggu pembalesan dari gue. Pikir Thalita dalam hati, dia tersenyum-senyum sendiri memikirkan idenya yang menurutnya akan berhasil di kemudian hari.
Alnord Gardiens atau yang biasa di panggil Alnord ini adalah pacarnya Thalita, hubungan mereka sudah berlangsung selama 6 bulan, dan selama itu juga Thalita merasa dirinya terkekang oleh Alnord, Alnord sama seperti pacarnya Dhea, dia Over Protective, tapi protective-nya Alnord ini lebih tertuju dengan kata ‘tidak masuk akal’, Thalita juga melakukan hal yang sama seperti Dhea, yaitu menutupi sifat overprotective pacarnya itu. Alnord sering sekali memberi larangan pada Thalita.
pertama, Thalita tidak boleh dekat-dekat dengan cowo manapun, nah, kalau sama ayahnya? Tidak boleh, itu jawaban Alnord pada Thalita saat dia menanyakan itu pada Alnord, keterlaluan banget iya nggak? Coba kalian pikir, gimana perasaan kalian kalau pacar kalian tidak membolehkan kalian dekat dengan laki-laki manapun termasuk ayah kalian sendiri, tentu kalian akan marah bukan, tapi saat Thalita di beri larangan seperti itu, dia tetap tenang walaupun sebenarnya hatinya waktu itu ingin sekali membunuh laki-laki di hadapannya saat itu juga.
Kedua, kalau kemana-mana harus minta izin , nah loh, kalau ke kamar mandi juga harus minta izin? Ya, harus minta izin, itu jawaban Alnord pada Thalita. Gubrakk!!! Busyet dah nih cowo, awas aja lo ya, tunggu pembalasan dari gue. Pikir Thalita menggebu-gebu saat itu.
Ketiga, harus tetap tersenyum di manapun, kapanpun dan disaat kejadian apapun, nah yang satu ini, bagus sih, senyum kan ibadah, tapi… dimanapun? kalau kita lagi jalan di jalanan sepi nggak ada siapapun, kita senyum-senyum sendiri, nanti kita di kira orang sinting lagi, kapanpun dan di kejadian apapun? Kalau salah satu sanak saudara kita ada yang terkena musibah, masa kita harus tersenyum, sementara yang lain merasa iba dan sedih, nanti kita di kira nggak tau diri lagi, bukannya sedih malah seneng, haduh…!!! (-_-’).
Selanjutnya larangan-larangan nggak masuk akal lainnya yang di ajukan Alnord pada Thalita, tapi Thalita menurut saja, walaupun dia melakukannya hanya saat di depan Alnord. soalnya dia punya rencana lain, sampai waktunya tiba, dia akan balas dendam pada Alnord atas aturan-aturannya yang membuat Thalita terkekang selama 6 bulan ini, setelah membuatnya menderita, dia akan meminta putus, itulah event-event yang di tunggu Thalita. Bagi Thalita, Alnord hanyalah hama pembawa masalah yang harus di lenyapkan dari muka bumi ini, dan sekarang dia tau apa yang akan dia lakukan untuk balas dendam pada hama yang satu itu.
Kelas menjadi gaduh, semua sibuk dengan pembicaraan mereka masing-masing, apalagi perempuan, mereka sangat histeris kedatangan murid baru yang tampan dan super keren seperti itu.
Ibu Dahlia memukul-mukul papan tulis dengan penghapus.“sudah-sudah, jangan ribut.” Dalam sekejap, kegaduhan tadi berubah menjadi kesenyapan, ibu Dahlia mengalihkan pandangannya pada Nicko. “Nicko, kamu duduk disana ya.” Ucap ibu Dahlia seraya menunjuk bangku di sebelah Thalita.
Nicko menurut tidak membantah sama sekali, dia tersenyum. “baik bu.” Dia berjalan menuju bangku yang di tunjuk ibu Dahlia tadi dan mendudukinya.
Ibu Dahlia mulai mengabsen, nama demi nama di sebutnya, dan di sahut dengan acungan tangan orang tersebut, sampai akhirnya nama Chika Liliana di sebut oleh ibu Dahlia, ibu melihat ke sekeliling ruangan, tidak ada satu orangpun yang mengacungkan tangan, kening ibu Dahlia berkerut, “dimana Chika?” tanyanya kemudian, tidak ada yang menjawab.
Thalita menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, kemudian dia berdiri, mata ibu Dahlia yang tadinya sedang menelusuri ruangan itu langsung menangkap sosok Thalita yang berdiri tegap. “ada apa Thalita?” tanyanya dengan tegas.
Thalita menghela nafasnya. “Chika sedang menemani Kimmy di UKS, karena penyakit Kimmy kambuh lagi bu.” Thalita menerangkan.
“dia sudah minum obat?” Tanya ibu Dahlia kemudian,
Kali ini Dhea ikut berdiri, “sudah bu, kata mereka, kalau Kimmy sudah merasa lebih baik, mereka akan langsung kesini.” Terangnya.
Ibu Dahlia menghela nafas lega, maklumlah, Kimmy adalah tangan kanannya ibu Dahlia, alias murid kesayangannya. Thalita dan Dhea kembali duduk, karena ibu Dahlia sudah mempersilahkan mereka untuk duduk kembali, dan ia melanjutkan mengabsen yang sempat tertunda tadi.
Thalita yang duduk tepat di samping Nicko, walaupun beda meja, menggunakan posisi ini sebagai kesempatannya untuk berkenalan. “hallo, gue Thalita.” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya yang putih itu.
Nicko melirik kearah datangnya suara, dia mendapati, perempuan bule yang menjulurkan tangan kearahnya, dia tersenyum manis pada Nicko, Nicko pun membalas senyuman manis perempuan bule itu, “Nicko.” Ucapnya singkat sambil menjabat tangan Thalita.
Dhea yang duduk di samping Thalita, juga tidak mau ketinggalan, dia menjulurkan tangannya pada Nicho. “gue Dhea.” Ucapnya sambil menunjukan senyuman kilatnya yang dapat membuat semua laki-laki meleleh kalau melihat senyuman itu.
Kali ini Nicko melihat perempuan berwajah imut dengan senyumannya yang terlihat sangat manis, Nicko membalas senyuman perempuan itu, dan menjabat tangannya. “Nicko.”
Sementara Dhea dan Thalita sudah menjalankan proses KBM (kegiatan belajar mengajar), Chika dan Kimmy masih di UKS.
“lo istirahat aja Kim.” Ucap Chika pada Kimmy.
Kimmy mengangguk, dia memejamkan matanya hendak tidur.
Chika mengambil Hp-nya di dalam saku, ada MMS yang di terimanya, dan itu dari Angga Pratama. Pacar Chika.
Chika membuka MMS itu dengan malas,
Chika, coba kamu tebak, aku habis beli baju yang bagus sekali loh, warnanya pink, cocokkan untukku?
Di bawah tulisan tersebut, ada foto Angga menggunakan baju pink yang di belinya di China.
Chika menghembuskan nafas beratnya,  bola matanya berputar. Dasar cowo aneh, udah tau gue nggak terlalu suka warna pink, malah Tanya ke gue soal baju pink itu, kalau boleh jujur, lo nggak ada cocok-cocoknya make baju itu, dasar lekong. Gerutu Chika dalam hati.
Angga Pratama, cowo pecinta berat warna pink ini adalah pacar Chika, sedangkan Chika sendiri tidak terlalu suka warna pink, tapi Angga, dia selalu memaksa Chika memakai segala sesuatu harus berwarna pink , baju, celana, tas, anting, gelang, sepatu, jam tangan, dan lain-lain, semua itu harus berwarna pink. Dan itu membuat Chika tersiksa, karena menurutnya, warna pink itu terlalu nge-jreng dan merusak matanya karena terlalu cerah. Sama seperti Thalita dan Dhea, dia ingin putus dengan Angga, tapi dia ingin membuat Angga tersiksa di hadapannya, seperti saat dia di paksa menggunakan segala sesuatu berwarna pink, itu sangat membuatnya tersiksa, tapi dia tidak tau harus berbuat apa untuk balas dendam ke Angga, dia masih memikirkan caranya.
Menjelang bel istirahat berbunyi, Kimmy bangun dari tidurnya, saat dia menengok kearah kanan, dia mendapati Chika menghampirinya dengan senyuman merekah. “gimana keadaan lo sekarang?” Tanya Chika.
Kimmy membalas senyuman Chika, “aku sudah merasa lebih baik.” ucapnya sambil turun dari tempat tidur. “ayo kita ke kelas.” Lanjutnya kemudian.
“ayo” sahut Chika.
Selama mereka dalam perjalanan menuju kelas mereka, bel istirahat pun bersenandung dengan riangnya lalalalalala… eh salah, maksudnya teeet… teeet…, semua murid di kelas berhamburan keluar, dan kebanyakan tempat yang mereka tuju adalah kantin, Dhea dan Thalita yang masih di kelas mulai khawatir, karena Kimmy dan Chika belum juga kembali ke kelas.
“Tha, kok Kimmy sama Chika belum ke kelas ya?” Tanya Dhea pada Thalita.
Thalita mengangkat kedua bahunya. “nggak tau, mungkin perutnya Kimmy masih sakit.” Jawab Thalita.
“kita kesana aja yuk, takutnya ada apa-apa lagi sama mereka.” Ajak Dhea. Terlihat sekali kalau dia sangat khawatir.
Thalita juga merasakan apa yang di rasakan Dhea. “ayo.” Balasnya.
Saat mereka hendak melangkahkan kaki keluar kelas untuk melihat keadaan Kimmy di UKS, Chika dan kimmy datang, Kimmy sudah terlihat biasa lagi, berarti perutnya sudah mendingan.
“kalian ini, baru aja kita pengen kesana, eh kalian nongol.” Ucap Thalita dengan senyum sumringah, kekhawatirannya mencair seiring datangnya Kimmy dan Chika.
“perut lo masih sakit Kim?” Tanya Dhea kemudian, dia juga sudah tidak khawatir lagi.
Kimmy tersenyum. “tidak, perut aku sudah terasa lebih baik, yang pasti tidak sesakit tadi.” Jawabnya . Dhea dan Thalita tersenyum.
Chika sepertinya baru mengingat sesuatu, karena matanya tiba-tiba menjadi besar, dia melihat kedalam kelas, nengok ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu, Thalita, Dhea dan Kimmy mengerutkan kening karena bingung melihat kelakuan Chika yang tiba-tiba seperti itu.
“lo kenapa Chik?” Tanya Thalita mewakili pertanyaan Dhea dan Kimmy pada Chika.
Chika langsung mengalihkan pandangannya dari dalam kelas ke Thalita. “anak barunya mana? Dia cakep nggak?” Tanya Chika kembali melihat ke dalam kelas.
“cakep banget Chik, keren lagi.” Jawab Dhea penuh antusias.
“yang bener? Gue pengen kenalan sama dia, dia dimana?” Tanya Chika kembali. Dia celingak-celinguk ke segala arah.
“bener, kalo lo pengen kenalan sama dia, dia ada di kantin.” Jawab Thalita.
Chika tersenyum. “ya udah, yuk, kita ke kantin, perut gue juga udah keroncongan nih...” Ajak Chika sangat bersemangat.
“kalian bertiga saja deh yang ke kantin, aku ingin nyalin pelajaran tadi.” Ucapnya, sekarang dia mengalihkan pandangannya ke Dhea. “Dhe, aku pinjam buku catetan kamu ya?”  tanyanya, atau lebih terdengar seperti memohon.
“ya udah, tuh di tas, ambil sendiri ya.” Jawab Dhea.
Kimmy tersenyum senang “ya, terima kasih.”
Thalita kembali menatap Kimmy dengan cemas. “yakin nggak mau ke kantin bareng kita? Takutnya penyakit lo kambuh lagi.” Ucapnya khawatir.
“aku yakin, tenang aja, nanti kalau aku sudah selesai nyalin, aku akan nyusul kalian.” Kimmy meyakinkan sahabat-sahabatnya itu.
“ok, kita pergi dulu ya. Jangan lupa nyusul.” Ucap Chika sambil menggandeng Thalita dan Dhea.
“ya.” Balas Kimmy.
Mereka bertiga langsung pergi ke kantin, meninggalkan Kimmy sendirian di kelas, selama perjalanan menuju kantin Chika senyum-senyum sendiri nggak karuan. Tapi sepertinya Thalita dan Dhea tidak menyadarinya.
Kalo emang bener apa yang di bilang Dhea tadi, berarti gue sekarang udah nemuin cara untuk ngebuat Angga sakit hati, pikir Chika menggebu-gebu dalam hati.
Mereka sampai di kantin, benar kata Thalita, anak baru itu emang ada di kantin duduk di meja paling pojok.
“Tha, orangnya yang mana?” Tanya Chika sambil celingak celinguk ke sekeliling kantin.
“yang itu, yang kulitnya putih.” Jawab Thalita sambil menunjuk meja paling pojok di kantin itu.
Tatapan Chika langsung mengikuti arah yang di tunjuk Thalita, dia melihat ada dua laki-laki sedang mengobrol di meja yang Thalita tunjuk, yang satu berkulit coklat, dan yang satu lagi berkulit putih.
Wah… bener apa kata Dhea, dia emang cakep + keren banget. Chika mengagumi paras cowok itu dalam hati.
“woy… ngapain lo bengong kayak sapi ompong.” Tanya Dhea.
“eh, kagak, ayo kita ke sana.” Ajak Chika sambil menyeret kedua sahabatnya itu.
Mereka berjalan menuju meja itu, dan saat mereka sampai di sana, kedua cowok itu langsung melihat mereka dengan bingung.
“hai, gue Chika, kita sekelas loh.” Chika langsung memperkenalkan dirinya. Tangannya terjulur ke arah cowok berkulit putih itu.
Anak baru itu tersenyum ramah, dia menjabat tangan Chika. “Nicko” ucapnya, kemudian dia mempersilahkan ke-3 anggota ‘The Sweety Girls’ itu duduk, mereka menurut. Nicko memperhatikan Dhea dan Chika bergantian. “kalian kembar ya?” Tanya Nicko.
Dhea dan Chika saling berpandangan sekilas, lalu menatap Nicko bersamaan, mereka ber-2 tertawa geli mendengar pertanyaan yang di ajukan Nicko tadi, sudah sering mereka mendengar pertanyaan itu, kening Nicko mengerut. “kenapa ketawa? emang ada yang lucu?” tanya Nicko.
Chika dan Dhea masih tertawa, bahkan tawa mereka makin membahana badai, WOW…!!! Amazing…!!! “wajah kita emang mirip, tapi kita bukan anak kembar.” Jawab Chika setelah tawanya lumayan reda.
Nicko ber-oh… ria, “gue kira kalian anak kembar.” Ucapnya jujur.
“banyak yang bilang kayak itu, tapi nyatanya kita bukan anak kembar.” Kini giliran Dhea yang bersuara.
“Nicko, gue duluan ya.” Ucap laki-laki berkulit cokelat tadi.
“ok.” Balas Nicko.
Setelah laki-laki berkulit cokelat itu pergi, perbincangan di mulai kembali. Tak lama mereka berbincang-bincang, tiba-tiba Ibu Dahlia datang menghampiri mereka dengan gerakan maju ke depan, yaiyalah… masa gerakan maju ke belakang, apa kata dunia? Ah… sudahlah… kita lanjutkan, Sepertinya dia sedang buru-buru sekali, di tangannya terdapat berkas-berkas yang di genggamnya dengan sangat erat, dia semakin lama semakin dekat, anak-anak menatap bingung.
“Nicko, kamu sedang sibuk?” Tanya Ibu Dahlia saat dia sudah ada di depan meja mereka.
“nggak bu, ada apa?” Tanya Nicko balik.
“Syukurlah kamu sedang tidak sibuk, bisa tolong ibu?” Tanya Ibu Dahlia tergesa-gesa.
“selama saya bisa melakukannya, akan saya bantu.” Ucap Nicko dengan Cool-nya, bukan cool-kas ataupun cool-I ya.
“tolong kamu ketik berkas-berkas ini dengan Kimmy di perpustakaan, pelajaran kamu selanjutnya inggris dan kimia bukan? Ibu sudah meminta izin pada guru inggris dan Kimiamu, jadi kau tenang saja.” Ucap bu Dahlia panjang lebar sambil mengberi 100 lembar berkas.
Kenapa Ibu Dahlia memilih Nicko untuk mengetik dokumennya? Padahalkan Nicko itu anak baru? Itu karena ibu Dahlia sudah mendengar dari guru lain kalau Nicko itu sudah biasa melakukan hal semacam itu di sekolah lamanya, jadi menurut bu Dahlia, Nicko dapat di percaya untuk mengetik dokumennya tanpa salah sedikitpun.
“Kimmy?” Tanya Nicko, dahinya berkerut, dia belum pernah bertemu dengan orang yang namanya Kimmy.
“ya, Kimmy, kamu bisa tanyakan pada mereka, mereka sahabat-sahabatnya Kimmy, mereka pasti tau kimmy ada dimana sekarang, kalau gitu, ibu duluan ya.” Ucap ibu Dahlia, dia sempat memberikan senyum pada mereka semua dan beranjak pergi.
Nicko memandang ke-3 sahabat Kimmy, “Kimmy ada dimana? Orangnya seperti apa?” Tanya Nicko pada mereka.
“dia ada di kelas sekarang.” Ucap Chika.
“orangnya seperti apa?” Tanya Nicko.
Dhea tersenyum jail “ya kayak manusia lah.” Canda Dhea.
Nicko menghembuskan nafas beratnya “maksud gue, ciri-cirinya kayak gimana?” Tanya Nicko penasaran.
“ntar lo juga tau, udah sana.” Ucap Thalita ngusir Nicko dengan enaknya, bagai menyentil semut dengan jarinya, tuing… (-_-)
Nicko berdiri dari kursinya dan beranjak pergi menuju kelasnya, dia lewati lorong demi lorong, banyak siswi yang memperhatikannya bagai seorang idola, tapi dia cuek aja di perhatikan seperti itu, akhirnya dia sampai di depan kelasnya dan masuk, dia melihat seorang perempuan dengan rambut panjang berwarna hitam pekat tergerai dengan manisnya, perempuan itu sedang asik menulis.
Apakah itu yang bernama Kimmy? Ucap Nicko dalam hati, Nicko melangkah mendekati Kimmy.
Kimmy sedang asik menyalin pelajaran, tiba-tiba dia mendengar langkah kaki seseorang yang semakin lama semakin dekat kedengarannya, Kimmy penasaran, suara langkah kaki siapa itu, dia pun mengangkat kepalanya dan melihat seorang laki-laki berjalan menghampirinya. Siapa dia? Kenapa wajahnya begitu familiar? Tanya Kimmy dalam hati.
Nicko terperangah saat dia melihat wajah perempuan itu, wajah yang sangat cantik, matanya bulat, bulu matanya lentik, dan rambut panjangnya yang hitam pekat terurai lembut, tapi Nicko tetap melangkah mendekati perempuan itu. “hallo, gue Nicko, anak baru di kelas ini, lo Kimmy bukan?” ucap Nicko setibanya dia di hadapan Kimmy.
“ya, aku Kimmy, ada apa ya?” Tanya Kimmy.
“tadi ibu Dahlia nyamperin gue, dia minta tolong sama kita buat ngetik berkas-berkas ini di perpustakaan.” Jawab Nicko sambil menunjukkan berkas-berkas yang tadi di berikan ibu Dahlia.
“oh… tunggu sebentar ya, sebentar lagi aku selesai.” Ucap Kimmy sambil menulis beberapa kalimat lagi, setelah selesai menyalin, dia masukkan buku Dhea ke tempat semula, lalu menaruh buku dan alat tulisnya kedalam tasnya.
Kimmy menatap anak baru itu, “ayo kita ke perpus sekarang.” Ucap Kimmy.
“ya.” Sahut Nicko sekenanya.
Kimmy dan Nicko berjalan menuju Perpustakaan dalam diam, mereka tidak mengobrol sama sekali, sampai akhirnya mereka masuk kedalam perpustakaan.
“selamat pagi Bu Linda.” Sapa Kimmy pada penjaga perpustakaan.
“selamat pagi Kimmy, mau membaca?” tanya Bu Linda dengan ramahnya.
“ah tidak, kami ingin meminjam komputernya, boleh?” tanya Kimmy.
“tentu saja boleh, ada tugas ya?” tanya bu Linda ingin tau.
“ya.” Jawab Kimmy singkat.
“kamu anak baru ya? Saya baru melihatmu.” Tanya bu Linda pada Nicko.
“ya, saya anak baru, nama saya Nicko bu.” Jawab Nicko dengan sopan.
“oh Nicko, tadi guru-guru membicarakanmu loh, kamu pindahan dari Bandung kan?” tanya bu Linda kembali.
Jangan heran dengan penggunaan bahasa yang di gunakan bu Linda, bu Linda memang cara bicaranya seperti anak muda zaman sekarang, karena umurnya masih terbilang muda, yaitu 21 tahun, bahkan penampilannya pun sangat modis, lebih modis di banding para siswi di sekolah itu.
“iya, maaf, boleh kami kerjakan tugas kami sekarang?” tanya Nicko.
“ah iya, maaf sudah membuang waktu kalian, silahkan.” Bu Linda mempersilahkan.
“terima kasih.” Ucap Kimmy sambil sedikit membungkuk.
Mereka berdua menuju kursi depan komputer dan mendudukinya, mereka memilih komputer yang bersebelahan.
“ada berapa lembar?” tanya Kimmy.
“ada 100, lo 50, gue 50.” Ucap Nicko sambil memberikan 50 lembar berkas bu Dahlia.
“baiklah.” Sahut Kimmy sambil mengambil berkas-berkas itu.
Mereka nyalakan komputer yang terdapat dihadapan mereka masing-masing, membuka Microsoft Word dan mulai mengetik, satu setengah jam berlalu dalam sepi, tidak ada yang bicara karena sibuk dengan kesibukkan masing-masing, Kimmy dan Nicko masih belum selasai, karena banyak sekali yang harus mereka ketik, satu lembar berkas yang di berikan bu Dahlia itu terisi penuh dengan tulisan depan belakang, dan sekarang mereka harus mengetik 50 lembar berukuran folio itu, sudah pasti itu memerlukan waktu yang cukup lama.
2 jam berlalu, masih dalam hening, mereka masih belum selesai mengetik, sedangkan jari-jari mereka sudah pegal untuk mengetik kembali, Kimmy berhenti sebentar, memijit-mijit jari-jari mungilnya itu, sedangkan Nicko masih mengetik, setelah jari Kimmy sudah terasa tidak terlalu pegal lagi, dia meneruskan tugasnya yang sempat tertunda tadi. 5 menit kemudian, Nicko berhenti mengetik, dia memijat-mijat jari tangannya sebentar, dan melanjutkan kembali tugasnya.
3 jam kemudian, Kimmy masih harus mengetik 10 lembar berkas lagi, sedangkan Nicko, dia tinggal 8 berkas lagi, 45 menit telah lalu, mereka berdua sudah selesai mengetik, kini mereka hanya tinggal nge-print data-data itu, ternyata nge-print data-data tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, sambil menunggu data-data itu selesai di cetak, mereka merapikan berkas-berkas yang tadi mereka ketik, menyatukannya menjadi satu, lalu mengurutkan data-data yang sudah selesai di cetak, satu persatu, karena masih memerlukan waktu untuk mencetak semuanya.  
15 menit kemudian, data terakhir sudah selesai di cetak, tidak lama kemudian terdengar bunyi bel pulang, semua murid berhamburan keluar untuk pulang, sedangkan Kimmy dan Nicko keluar dari perpustakaan menuju ruang guru.
Sesampainya di ruang guru, mereka langsung menuju meja ibu Dahlia, kebetulan sekali, ibu Dahlia sedang ada di sana, jadi mereka tidak perlu kalang kabut mencarinya, saat ini ibu Dahlia sedang mengisi sebuah data.
“selamat siang bu.” Sapa Kimmy.
Ibu Dahlia langsung menatap orang yang menyapanya dan tersenyum saat mengetahui kalau Kimmy yang menyapanya. “siang, sudah selesai?” tanya bu Dahlia.
“iya bu, ini datanya, dan ini hasil ketikannya.” Jawab Kimmy sambil memberikan berkas-berkas ibu Dahlia dan hasil ketikan mereka.
Ibu Dahlia tersenyum senang, “terima kasih ya, maaf merepotkan kalian berdua, karena ibu, kalian berdua jadi ketinggalan pelajaran.” Ucap ibu Dahlia.
“nggak pa-pa bu, kita nggak merasa repot kok, kalo soal pelajaran, kita bisa pinjem buku ke temen.” Ucap Nicko.
“iya bu, benar kata Nicko, kami tidak merasa terepoti sedikitpun.” Sambung Kimmy.
“kalian memang dapat di andalkan, sekali lagi ibu berterima kasih banyak.” Ucap ibu Dahlia.
“sama-sama, kalau gitu, kami permisi bu.” Ucap Nicko.
“ya silahkan.” Balas ibu Dahlia,
Nicko langsung nyelonong pergi, sedangkan Kimmy membungkukkan tubuhnya sebentar terlebih dahulu (kebiasaan orang jepang memberi hormat), lalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Kimmy segera masuk ke dalam kelas untuk mengambil tasnya, disana dia tidak sendiri, di dalam kelas itu ada kursi, meja, papan tulis, ups bukan itu tapi, ada Thalita, Dhea, Chika, dan Nicko.
“wah, kayaknya sahabat kita yang satu ini cape banget ya?” ucap Chika.
“bener banget, dan kayaknya dia nggak makan dari istirahat tadi?” Sahut Dhea.
Kimmy hanya tersenyum tipis.
“ini, ayo cepat makan!” perintah Thalita sambil menyodorkan 1 buah roti berukuran jumbo.
“dan ini minumnya.” Chika menaruh minuman itu di meja.
“kita pulang setelah lo abisin semua ini.” Ucap Dhea
Kimmy tersenyum karena perhatian yang di berikan sahabat-sahabatnya itu.
“hey Kimmy, kalo gue boleh tau, berapa umur lo?” tanya Nicko.
“15.” Jawab Kimmy singkat.
“nama panjang lo?” tanya Nicko kembali.
“Kimmy Nakamoto.” Jawab Kimmy.
Deg!! Nakamoto? Nama keluarganya mirip seperti keluarga papah. Pikir Nicko.
“boleh gue tau, siapa nama nyokap bokap lo?” tanya Nicko.
“hey Nicko, kalo pengen nanya soal itu, besok aja, Kimmy harus ngabisin tuh makanan terus pulang.” Omel Dhea
“oke-oke, woles aja kali, gue duluan ya.” Jawab Nicko nyelonong pergi.
“ya.” Ucap semuanya yang ada di ruangan itu.
***
          Sebenarnya Kimmy itu siapa? Kenapa gue ngerasa nggak asing deket sama dia, gue ngerasa deket, dan nama keluarganya itu, sama seperti nama keluarga papah, apa mungkin ini hanya kebetulan? Mungkin aja, banyak nama keluarga jepang yang sama kan, tapi… ah sudahlah. Pikir Nicko yang saat ini sedang berbaring di ranjangnya.

to be continue