THE SWEETY GIRLS
by dewi septiani
Di sebuah Sekolah Menengah Atas
yang bernama SMA Negeri 26 Jakarta, terdapat sebuah genk yang sangat populer,
di banding genk-genk lainnya, genk itu bernama ‘The Sweety Girls’ yang
beranggotakan empat orang siswi yang terkenal dengan bakat-bakat mereka
masing-masing, Tinggi mereka sekitar 168-170 cm, mereka yaitu:
Pertama, Chika Liliana, cewe
belasteran jawa-sunda ini, terkenal dengan wajahnya yang cantik + imut, dalam
pelajaran, dia unggul di pelajaran Kimia dan Biologi, dia jago segala macam
olahraga, tapi dia paling jagonya pada olahraga badminton, selain itu dia juga
jago karate dan pintar bermain gitar, Chika menguasai 3 bahasa, yaitu jawa,
inggris, dan Indonesia tentunya. Ciri-ciri Chika : berambut lurus dan panjang tanpa
poni, matanya sedikit sipit, hidungnya mancung, bibirnya sedang dan kulitnya kuning
langsat, bertubuh langsing dan tingginya 169 cm.
Kedua, Dhea Angelic, wajahnya
mirip dengan Chika, sampai-sampai banyak orang yang susah membedakan mereka
berdua, dia belasteran Korea-indo, cewe yang satu ini, terkenal dengan bakatnya
bermain tennis meja yang sangat memukau, walaupun sebenarnya dia jago di segala
macam olahraga, dia unggul di pelajaran Fisika dan IPS, jago karate dan pintar
memainkan suling. Dhea menguasai 3 bahasa, yaitu Inggris, Korea dan Indonesia.
Ciri-cirinya sama seperti Chika, hanya saja gaya rambutnya Dhea berbeda dengan
Chika, dan tingginya 168 cm.
Ketiga, Thalita Winchest, cewe
belasteran Indo-Aussie-Perancis ini, memiliki tubuh paling tinggi di antara
yang lain, dia terkenal dengan wajahnya yang cantik, pintar menguasai bahasa
asing dan bakatnya bermain basket yang sangat hebat, seperti yang lain, dia juga
jago di segala macam olahraga, hanya saja yang paling klop sama Thalita hanya
basket. dia unggul di pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika, jago karate dan
pintar bermain piano dan drum. Thalita menguasai 4 bahasa, yaitu inggris, Perancis,
korea dan Indonesia, dia bisa berbahasa korea karena di ajari oleh
sahabat-sahabatnya yaitu oleh Chika dan Dhea, sedangkan Prancis di ajari oleh neneknya
yang merupakan orang perancis. Ciri-ciri Thalita yaitu berambut panjang
berwarna pirang coklat, matanya berukuran sedang dan berwarna biru koral,
hidungnya mancung, bibirnya mungil, kulitnya berwarna putih layaknya orang
barat, bertubuh langsing dan tingginya 170 cm.
Dan yang terakhir, Kimmy Nakamoto,
cewe belasteran Jepang-indo ini, memiliki wajah yang sangat imut dan cantik, dia
adalah anggota ‘THE SWEETY GIRLS’ yang paling muda, umurnya masih 15 tahun,
sedangkan anggota the sweety girls yang lain sudah berumur 17 tahun. Kimmy
memiliki banyak kelebihan, fisiknya yang ideal dan otaknya yang pintar, dia
pemegang tetap gelar juara umum di sekolahnya bahkan di negaranya , pintar
menguasai bahasa asing, sangat jago karate dan pintar memainkan piano dan
biola, tapi anehnya, walaupun dia memiliki banyak kelebihan, dia belum pernah
merasakan yang namanya pacaran, Kimmy menguasai 5 bahasa, yaitu jepang, korea,
inggris, prancis dan Indonesia, kimmy di ajari bahasa korea oleh Chika dan
Dhea, kalau prancis, dia di ajari Thalita, Kimmy jago di segala macam olahraga,
hanya saja yang paling jodoh sama Kimmy hanya 2, yaitu olahraga lari dan renang.
ciri-ciri Kimmy yaitu berambut lurus warna hitam legam, panjang rambutnya sepunggung,
matanya bulat seperti boneka, berbulu mata sangat lentik, hidungnya mancung,
bibirnya mungil dan berwarna merah alami, berkulit putih eksotis, bertubuh
langsing dan tingginya 168 cm, benar-benar seperti boneka hidup.
Dia memiliki saudara kembar
laki-laki, namanya Tommy Nakamoto, dia tidak satu sekolah dengan Kimmy, dia
bersekolah di SMA Negeri 8 Jakarta, sehingga belum ada satu orang pun di
sekolah Kimmy yang tau wajahnya Tommy, termasuk sahabat-sahabatnya Kimmy. Tommy
berbeda sekali dengan Kimmy, Tommy sudah sering merasakan yang namanya pacaran,
bahkan jumlah mantannya saja dia sudah lupa, tapi sekarang dia lagi sendiri
alias Jomblo or single, Tommy memiliki banyak kelebihan, salah satu
kelebihannya yaitu memiliki wajah yang sangat tampan, jago karate dan olahraga,
terutama bermain basket, dan lain-lain.
mereka berempat mendapat gelar pelari
putri tercepat di sekolah itu, tapi jika mereka di suruh bertanding, Kimmy
lebih unggul di banding sahabat-sahabatnya, begitupun dengan karate, Kimmy
lebih jago dari pada mereka, mereka juga pemegang gelar The Queen Of The Best Queen
dan The Golden Voice di sekolah itu.
Pada suatu pagi, sebelum bel
masuk berbunyi, Kimmy dan Chika sedang asik berbincang-bincang di bangku
panjang depan kelas mereka, yaitu XII IPA 1.
“Kim, gue denger bakal ada murid
baru ya?” Tanya Chika pada Kimmy yang saat itu sedang membaca buku Sains dengan
asiknya.
“hmm.” Kimmy hanya bergumam,
sebenarnya dia tidak terlalu mendengarkan pertanyaan Chika tadi, karena terlalu
asik membaca.
“Kira-kira, laki-laki atau
perempuan ya?” Tanya Chika kembali dengan penuh penasaran, dia menunggu jawaban
dari Kimmy.
“hmm.” Gumam Kimmy kembali,
lagi-lagi dia tidak terlalu mendengarkan pertanyaan Chika tadi.
Chika merasa kesal, bukan itu
jawaban yang diinginkannya, dia mulai curiga kalau Kimmy tidak mendengarkannya
bicara… lagi? Ya, Kimmy memang suka tidak mendengarkan orang yang mengajaknya
bicara saat dia sedang terlalu asik melakukan sesuatu, Chika langsung menarik
buku Sains yang sedang di baca Kimmy, “Kim, lo dengerin gue ngomong gak sih?”
Kimmy tidak menjawab pertanyaan
Chika yang tadi, dia malah berusaha mengambil bukunya yang di pegang Chika,
tapi Chika tidak mau memberinya, “Chika… tolong kembalikan bukunya!”
Chika tetap tidak mau memberinya,
dia menatap tajam Kimmy, tepat di manik-manik mata Kimmy yang indah, “Gue mau
nanya, tadi lo dengerin gue ngomong gak?” Tanyanya tegas.
Kimmy nyengir kebo sambil
menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia merasa bersalah karena nggak dengerin
Chika tadi, “tidak, hehehe… maaf ya, habis lagi seru sih.” Dia menangkupkan
kedua tangannya di depan dada, meminta maaf pada Chika.
Chika menghembuskan nafas dengan
berat, dia bisa mengerti Kimmy, karena dia sudah sangat mengenal Kimmy, dia
geleng-geleng kepala. “Kimmy… Kimmy… tadi gue nanya, kira-kira murid barunya
laki-laki atau perempuan?” ucapnya sedatar mungkin yang dia bisa.
Kimmy tersenyum, dia tau, kalau
Chika sudah memaafkannya, tapi sekarang dia menjadi bingung, murid baru? Dia tidak
tau kalau akan ada murid baru. “memangnya akan ada murid baru?” pertanyaan itu
yang terlintas di pikiran Kimmy saat ini.
Chika menghela nafas berat untuk
kedua kalinya, sahabatnya yang satu ini bener-bener ketinggalan informasi,
Chika menepuk dahinya. “Ca-pe-deh… kemana aja sih lo Kim? Ketinggalan informasi
banget.”
Kimmy nyengir kembali. “hehehe…
kamu kan tau, kerjaan aku selalu baca buku. Jadi, aku tidak terlalu memperhatikan
sekitarku, karena yang aku tau itu isi buku yang aku baca, bukan lingkungan
sekitarku saat ini.”
Chika memutar bola matanya, “ah…
elo sih, kutu buku banget, mungkin karena itu kali ya, elo satu-satunya anggota
‘The Sweety Girls’ yang belum punya pacar sampe sekarang.” Chika mulai menggoda
Kimmy.
“kalau soal pacar, itu bukan
karena aku kutu buku, tapi karena belum ada yang cocok sama aku.” Kimmy
menjulurkan lidahnya.
“apa kata lo aja deh! Oya,
menurut lo, murid barunya itu laki-laki atau perempuan?” Chika mengalihkan
pembicaraan.
Kini giliran Kimmy yang
menghembuskan nafas berat, padahal sudah jelas-jelas Chika tau kalau Kimmy
tidak tau tentang anak baru itu, tapi masih aja di tanyain. “aku tidak tau, waria
mungkin.”
Chika mulai kesal kembali,
lagi-lagi bukan jawaban yang di inginkannya dari Kimmy, “heh… gue serius nih…”
“aku juga serius, sudah tau aku tidak
tau tentang anak baru itu, tapi kamu masih menanyakannya ke aku, lagi pula
kenapa kamu menanyakan tentang anak baru itu? Memangnya penting ya?” Jawab
Kimmy dengan santai.
“bagi gue, semua hal itu penting,
termasuk kapan semut peliharaan gue melahirkan, kapan pembuatan aktenya, dan
dimana melahirkannya,” Chika terlihat bangga dengan jawabannya tadi.
Kimmy mengangkat sebelah alisnya,
sejak kapan Chika melihara semut? “memang kamu punya peliharaan semut?”
Chika nyengir badak, “nggak,
hehehhe…”
Kimmy memutar kedua bola matanya,
tapi akhirnya ikut tertawa. Huahahahah… :D
Tiba-tiba, Thalita dan Dhea yang
baru datang, langsung ikut bergabung dengan mereka berdua.
“Hi guys, seru amat nih
keliatannya.” Ucap Thalita sangat ceria.
“lagi pada ngomongin apa? gabung
dong!” ujar Dhea nggak kalah cerianya dengan Thalita.
Kimmy tersenyum. “lagi ngebicarain
semut peliharaan Chika yang melahirkan.” Jawabnya asal-asalan.
Dhea mengangkat sebelah alisnya,
terlihat sekali kalau dia bingung, seakan-akan, di keningnya terpampang jelas
tulisan ‘sejak kapan Chika melihara Semut?’. “serius?” Tanya Dhea untuk
memastikan kebenaran ucapan Kimmy tadi.
Chika menghela nafas untuk
kesekian kalinya, kedua bola matanya berputar. “ya nggak lah… kita lagi
ngomongin anak baru yang bakal sekelas sama kita.”
Dhea manggut-manggut mengerti,
ternyata Kimmy tadi hanya bercanda, tapi kok kedengarannya garing banget ya? Ah
sudahlah…
Thalita sepertinya juga mengerti.
“oh… tentang anak baru itu, gue denger anak baru itu laki-laki loh.” Ucapnya
seakan-akan menjawab pertanyaan yang ada di pikiran Chika dari tadi.
Chika langsung menatap Thalita
dengan kecepatan kilat. “lo tau dari mana?” Chika sangat penasaran. Apa
Thalita ngebaca pikiran gue? Chika membatin.
Thalita menghela nafas, “gue tau
dari anak-anak lah… oya Kim, lo kan belom punya pacar, siapa tau aja lo jodoh.”
Thalita mulai dengan teka-tekinya.
Ternyata
nggak… pikir Chika
kembali.
Kimmy mengangkat sebelah alisnya.
“Maksudnya?”
Thalita mengangkat bahunya. “ya
mungkin aja lo jodoh sama anak baru itu.”
“tidak usah bercanda deh.” Kimmy
tau, kalau pembicaraannya sudah seperti ini, pasti sahabat-sahabatnya itu akan
ngungkit-ngungkit ke-singel-annya.
“aduh… please deh honey, gue
nggak bercanda, coba deh lo pikir, kalo lo punya pacar, ‘The Sweety Girls’
bakal full punya pacar semua.” Jawab Thalita dengan gaya sok modelnya.
“bener kata Thalita, masa genk
paling populer di sekolah ini, salah satu anggotanya ada yang gak punya pacar,
apa kata dunia?” sambung Dhea dengan gaya ciri khasnya, yaitu menaruh kedua
tangannya di belakang kepala.
“bener tuh Kim.” Timpal Chika,
dia manggut-manggut setuju dengan ucapan Dhea dan Thalita.
Benar yang di perkirakan Kimmy,
sahabat-sahabatnya ini mulai mendesaknya kembali untuk memiliki pacar, walaupun
itu suka membuatnya kesal, tapi dia tetap berusaha untuk tetap tenang
menghadapi sahabat-sahabatnya ini yang terkadang sangat menyebalkan baginya. “sudah
deh, terserah apa kata dunia, tapi hati tidak bisa di paksain.”
Tiba-tiba, Kimmy merasa perutnya
sangat sakit, sangat-sangat sakit, sampai membuat Kimmy meng-aduh kesakitan,
rasanya perutnya seperti di gencet benda yang super duper berat dan di lilit
ular piton yg abis makan badak.
Kimmy memegangi perutnya. “aduh…”
Dhea, Thalita dan Chika yang
tadinya senang karena habis menggoda Kimmy, sekarang berubah menjadi cemas
melihat Kimmy seperti itu.
“Lo kenapa Kim?” Tanya Dhea
seolah-olah mewakili pikiran Chika dan Thalita.
Kimmy meringis kesakitan “perut
aku sakit banget Dhe, aduh…” Kimmy kembali meng-aduh.
Thalita dan Chika mulai curiga
kalau penyakit Maag Kimmy kambuh lagi.
“lo sarapan gak tadi?” Tanya
Chika.
“sarapan…” jawab Kimmy, suaranya
terdengar lirih karena menahan rasa sakit.
“tadi malem?” kali ini Thalita
yang bertanya.
“tidak, soalnya aku langsung
tidur karena kacapean.” Ucap Kimmy lirih.
Dhea menghela nafas berat, dia
tau kenapa Kimmy sekarang seperti ini, kesakitan karena perutnya yang
bermasalah seperti ini, sudah pasti dan tidak salah lagi… penyakit Kimmy
kambuh! “pantesan aja perut lo sakit, maag lo kambuh tuh…”
“makanya, lain kali makannya di
atur.” Chika menasihati untuk yang ke…. Sekian kali? Ya, Chika memang suka
menasehati Kimmy yang jadwal makannya tidak teratur, padahal sudah tau kalau
dia punya penyakit maag, tapi jadwal makannya sering sekali tidak teratur,
alasannya bermacam-macam, sibuk ngerjain PR lah, kecapean lah, dan masih banyak
lagi, tapi walaupun kita super sibuk, kita tetap tidak boleh lupa untuk makan
kan? untuk menjaga tubuh kita agar tetap sehat.
“Iya…”
Thalita merangkul Kimmy dengan
lembut “ayo kita ke UKS, Kimmy harus istirahat sampai sakitnya hilang.” Thalita
membantu Kimmy berjalan, begitupun dengan Chika dan Dhea.
Mereka berempat pergi ke UKS,
tidak lama kemudian, bel masuk berbunyi, sesampainya di UKS, Kimmy di baringkan
di kasur yang ada di sana dengan di bantu Thalita.
“Chik, tolong ambilin obat maag
di kotak obat itu!” Thalita menunjuk kotak obat yang terpampang manis di
dinding. “Dhe, tolong ambilin air ya.” Ucapnya kemudian pada Dhea.
“ok!” sahut Chika dan Dhea
berbarengan, mereka tidak keberatan sama sekali, toh ini untuk sahabat mereka
sendiri, jadi ini juga kewajiban mereka kan sebagai sahabat yang baik.
Chika berjalan menuju kotak obat
itu dan membukanya, dia mulai mencari obat maag disana, tapi tidak ketemu juga.
Mana sih obatnya? Kok nggak ada?ah… pasti ada, mungkin gue Cuma nggak ngeliat.
Gumam Chika dalam hati, dia mencari-cari kembali, dan ketemu! Chika senang sekali karena obat yang di
cari-carinya sejak tadi akhirnya ketemu.
Chika menutup kotak obat itu dan
berjalan menuju sahabat-sahabatnya itu, “ini Tha.” Chika memberikan obat yang
di pegangnya pada Thalita.
Thalita mengambil obat itu dan
tersenyum. “thank’s ya Chik”
“ini airnya Tha.” Ucap Dhea,
“Thank’s Dhe.” Thalita
mengalihkan pandangannya dari Dhea ke Kimmy. “Kimmy, ayo cepat minum obatnya!”
perintah Thalita sambil memberi obatnya ke Kimmy.
Kimmy menurut, dia merubah
posisinya yang tadinya berbaring menjadi duduk di pinggiran kasur, dia
mengambil obat di tangan Thalita dan memasukannya ke dalam mulut, lalu
mengambil gelas berisi air putih yang di ambilkan Dhea tadi.
“terima kasih ya.” Ucap Kimmy
setelah meminum obatnya, dia mengubah posisinya kembali menjadi berbaring, dia
senang memiliki sahabat-sahabat yang baik seperti mereka.
“sama-sama.” Ujar Chika, Dhea dan
Thalita berbarengan, lalu mereka saling pandang dan tertawa bersama.
“ini gunanya sahabat bukan?” Tanya
Dhea dengan bangga.
Kimmy tersenyum senang. “ya!” Kimmy
baru mengingat sesuatu, tadi saat mereka ke UKS, bel masuk berbunyi kan? Dia
tidak mau kalau sahabat-sahabatnya ini ketinggalan pelajaran karena harus
menemaninya disini. “hmm… kalian ke kelas saja, aku bisa sendiri di sini kok,
nanti ibu Dahlia nyariin kalian lagi.”
Thalita mengangkat sebelah
alisnya. “lo ini ngomong apa sih?”
Kimmy menghembuskan nafas “nanti
ibu Dahlia nyariin kalian kalau kalian tidak ada di kelas, kalian duluan saja,
nanti kalau aku sudah merasa lebih baik, aku akan nyusul.” Ucap Kimmy dengan
nada serius.
Chika diam, memikirkan sesuatu,
tapi tak lama kemudian, dia berbicara dengan bijak. “gini aja, Thalita, Dhea,
kalian duluan aja ke kelas, bilang ke ibu Dahlia, kalau penyakit Kimmy kambuh,
dan gue yang nemenin dia di sini, nanti kalau Kimmy udah mendingan, kita bakal
nyusul ke kelas.”
Kening Dhea sedikit berkerut, dia
merasa tidak yakin, “yakin mau nemenin Kimmy sendirian?” Tanya Dhea dengan
ragu.
Chika mengangguk mantap, “ya, gue
yakin, udah sana ke kelas.”
Dhea mengangguk mengerti, lalu
dia menggandeng lengan Thalita. “ya udah, ayo Tha.”
Thalita dan Dhea melangkah pergi
meninggalkan Chika dan Kimmy di UKS, sedangkan Kimmy dan Chika hanya bisa
melihat punggung mereka yang semakin jauh.
Mereka sampai di depan kelas,
pintu kelas mereka masih terbuka, itu artinya belum ada gurunya, mereka menghembuskan
nafas lega, lalu masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku mereka masing-masing,
tidak lama kemudian ibu Dahlia masuk ke kelas, bersama anak baru tentunya, yang
sudah menjadi pembicaraan ‘The Sweety Girls’ tadi sebelum bel masuk berdenting.
Dhea langsung terperangah melihat
anak baru itu, badannya tinggi dan tegap, wajahnya tampan, gayanya juga
keren. “Tha, liat tuh anak barunya, keren
banget…” bisik Dhea pada Thalita yang duduk di sebelahnya dengan semangat.
Thalita menghembuskan nafas
berat, emang lo kira gue buta? Gerutu Thalita dalam hati. “iya, gue tau,
gue juga liat kaleee…” jawab Thalita dengan dingin.
Tapi sepertinya Dhea tidak
menyadari nada dinginnya Thalita, dia terlalu sibuk memandangi anak baru itu.
“pagi anak-anak.” Sapa ibu Dahlia
dengan ramah, ibu Dahlia adalah guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas
mereka, dia terkenal dengan sifatnya yang lemah lembut tapi tegas.
“pagi bu.” Semuanya menjawab
dengan kompak.
“hari ini kalian kedatangan murid
baru dari Bandung.” Ibu Dahlia menoleh ke arah anak baru itu. “silahkan
perkenalkan dirimu.” Ibu Dahlia mempersilahkan pada anak baru itu.
Anak baru itu tersenyum pada ibu
Dahlia. “terima kasih bu.” Lalu menoleh pada siswa-siswi yang ada di kelas itu.
“perkenalkan nama saya Nickolas William, panggil saja saya Nicko.” Ucapnya
dengan ramah.
Wah… dia
keren banget… ungkap Dhea
jujur dalam hatinya. Dia lebih keren dari Daniel. Gumamnya lagi dalam
hati.
Daniel adalah pacarnya Dhea, dia
sekolah di SMA Nusa Jaya Jakarta, dia itu tipe pacar yang overprotective
sehingga membuat Dhea gerah dengan kelakuannya, sifat pacarnya yang
overprotective itu sudah tentu di sembunyikan Dhea dari sahabat-sahabatnya. dia
ingin putus dengan pacarnya, tapi Dhea tidak ingin putus begitu saja, dia ingin
melihat pacarnya yang overprotective itu menderita di hadapannya, dan
sepertinya sekarang dia tau apa yang harus dia lakukan untuk membuat pacarnya
menderita.
Ternyata bukan hanya Dhea yang
berpendapat kalau anak baru itu keren, tapi Thalita juga.
Dia keren
juga… kayaknya gue bisa manfaatin dia buat bales dendam ke Alnord. Alnord
Gardiens, tunggu pembalesan dari gue. Pikir Thalita dalam hati, dia tersenyum-senyum sendiri memikirkan
idenya yang menurutnya akan berhasil di kemudian hari.
Alnord Gardiens atau yang biasa
di panggil Alnord ini adalah pacarnya Thalita, hubungan mereka sudah
berlangsung selama 6 bulan, dan selama itu juga Thalita merasa dirinya
terkekang oleh Alnord, Alnord sama seperti pacarnya Dhea, dia Over Protective,
tapi protective-nya Alnord ini lebih tertuju dengan kata ‘tidak masuk akal’, Thalita
juga melakukan hal yang sama seperti Dhea, yaitu menutupi sifat overprotective
pacarnya itu. Alnord sering sekali memberi larangan pada Thalita.
pertama, Thalita tidak boleh
dekat-dekat dengan cowo manapun, nah, kalau sama ayahnya? Tidak boleh, itu
jawaban Alnord pada Thalita saat dia menanyakan itu pada Alnord, keterlaluan
banget iya nggak? Coba kalian pikir, gimana perasaan kalian kalau pacar kalian
tidak membolehkan kalian dekat dengan laki-laki manapun termasuk ayah kalian
sendiri, tentu kalian akan marah bukan, tapi saat Thalita di beri larangan
seperti itu, dia tetap tenang walaupun sebenarnya hatinya waktu itu ingin
sekali membunuh laki-laki di hadapannya saat itu juga.
Kedua, kalau kemana-mana harus
minta izin , nah loh, kalau ke kamar mandi juga harus minta izin? Ya, harus
minta izin, itu jawaban Alnord pada Thalita. Gubrakk!!! Busyet dah nih cowo,
awas aja lo ya, tunggu pembalasan dari gue. Pikir Thalita menggebu-gebu
saat itu.
Ketiga, harus tetap tersenyum di
manapun, kapanpun dan disaat kejadian apapun, nah yang satu ini, bagus sih,
senyum kan ibadah, tapi… dimanapun? kalau kita lagi jalan di jalanan sepi nggak
ada siapapun, kita senyum-senyum sendiri, nanti kita di kira orang sinting
lagi, kapanpun dan di kejadian apapun? Kalau salah satu sanak saudara kita ada
yang terkena musibah, masa kita harus tersenyum, sementara yang lain merasa iba
dan sedih, nanti kita di kira nggak tau diri lagi, bukannya sedih malah seneng,
haduh…!!! (-_-’).
Selanjutnya larangan-larangan
nggak masuk akal lainnya yang di ajukan Alnord pada Thalita, tapi Thalita
menurut saja, walaupun dia melakukannya hanya saat di depan Alnord. soalnya dia
punya rencana lain, sampai waktunya tiba, dia akan balas dendam pada Alnord
atas aturan-aturannya yang membuat Thalita terkekang selama 6 bulan ini,
setelah membuatnya menderita, dia akan meminta putus, itulah event-event yang
di tunggu Thalita. Bagi Thalita, Alnord hanyalah hama pembawa masalah yang
harus di lenyapkan dari muka bumi ini, dan sekarang dia tau apa yang akan dia
lakukan untuk balas dendam pada hama yang satu itu.
Kelas menjadi gaduh, semua sibuk
dengan pembicaraan mereka masing-masing, apalagi perempuan, mereka sangat
histeris kedatangan murid baru yang tampan dan super keren seperti itu.
Ibu Dahlia memukul-mukul papan
tulis dengan penghapus.“sudah-sudah, jangan ribut.” Dalam sekejap, kegaduhan
tadi berubah menjadi kesenyapan, ibu Dahlia mengalihkan pandangannya pada
Nicko. “Nicko, kamu duduk disana ya.” Ucap ibu Dahlia seraya menunjuk bangku di
sebelah Thalita.
Nicko menurut tidak membantah
sama sekali, dia tersenyum. “baik bu.” Dia berjalan menuju bangku yang di
tunjuk ibu Dahlia tadi dan mendudukinya.
Ibu Dahlia mulai mengabsen, nama
demi nama di sebutnya, dan di sahut dengan acungan tangan orang tersebut,
sampai akhirnya nama Chika Liliana di sebut oleh ibu Dahlia, ibu melihat ke
sekeliling ruangan, tidak ada satu orangpun yang mengacungkan tangan, kening
ibu Dahlia berkerut, “dimana Chika?” tanyanya kemudian, tidak ada yang
menjawab.
Thalita menarik nafas dan
menghembuskannya perlahan, kemudian dia berdiri, mata ibu Dahlia yang tadinya
sedang menelusuri ruangan itu langsung menangkap sosok Thalita yang berdiri
tegap. “ada apa Thalita?” tanyanya dengan tegas.
Thalita menghela nafasnya. “Chika
sedang menemani Kimmy di UKS, karena penyakit Kimmy kambuh lagi bu.” Thalita
menerangkan.
“dia sudah minum obat?” Tanya ibu
Dahlia kemudian,
Kali ini Dhea ikut berdiri,
“sudah bu, kata mereka, kalau Kimmy sudah merasa lebih baik, mereka akan
langsung kesini.” Terangnya.
Ibu Dahlia menghela nafas lega,
maklumlah, Kimmy adalah tangan kanannya ibu Dahlia, alias murid kesayangannya.
Thalita dan Dhea kembali duduk, karena ibu Dahlia sudah mempersilahkan mereka
untuk duduk kembali, dan ia melanjutkan mengabsen yang sempat tertunda tadi.
Thalita yang duduk tepat di
samping Nicko, walaupun beda meja, menggunakan posisi ini sebagai kesempatannya
untuk berkenalan. “hallo, gue Thalita.” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya
yang putih itu.
Nicko melirik kearah datangnya
suara, dia mendapati, perempuan bule yang menjulurkan tangan kearahnya, dia
tersenyum manis pada Nicko, Nicko pun membalas senyuman manis perempuan bule
itu, “Nicko.” Ucapnya singkat sambil menjabat tangan Thalita.
Dhea yang duduk di samping
Thalita, juga tidak mau ketinggalan, dia menjulurkan tangannya pada Nicho. “gue
Dhea.” Ucapnya sambil menunjukan senyuman kilatnya yang dapat membuat semua
laki-laki meleleh kalau melihat senyuman itu.
Kali ini Nicko melihat perempuan
berwajah imut dengan senyumannya yang terlihat sangat manis, Nicko membalas
senyuman perempuan itu, dan menjabat tangannya. “Nicko.”
Sementara Dhea dan Thalita sudah
menjalankan proses KBM (kegiatan belajar mengajar), Chika dan Kimmy masih di
UKS.
“lo istirahat aja Kim.” Ucap
Chika pada Kimmy.
Kimmy mengangguk, dia memejamkan matanya
hendak tidur.
Chika mengambil Hp-nya di dalam
saku, ada MMS yang di terimanya, dan itu dari Angga Pratama. Pacar Chika.
Chika membuka MMS itu dengan
malas,
Chika, coba kamu tebak, aku habis beli baju yang bagus sekali loh,
warnanya pink, cocokkan untukku?
Di bawah tulisan tersebut, ada foto Angga
menggunakan baju pink yang di belinya di China.
Chika menghembuskan nafas beratnya, bola matanya berputar. Dasar cowo aneh,
udah tau gue nggak terlalu suka warna pink, malah Tanya ke gue soal baju pink itu,
kalau boleh jujur, lo nggak ada cocok-cocoknya make baju itu, dasar lekong. Gerutu
Chika dalam hati.
Angga Pratama, cowo pecinta berat warna pink
ini adalah pacar Chika, sedangkan Chika sendiri tidak terlalu suka warna pink,
tapi Angga, dia selalu memaksa Chika memakai segala sesuatu harus berwarna pink
, baju, celana, tas, anting, gelang, sepatu, jam tangan, dan lain-lain, semua
itu harus berwarna pink. Dan itu membuat Chika tersiksa, karena menurutnya,
warna pink itu terlalu nge-jreng dan merusak matanya karena terlalu cerah. Sama
seperti Thalita dan Dhea, dia ingin putus dengan Angga, tapi dia ingin membuat
Angga tersiksa di hadapannya, seperti saat dia di paksa menggunakan segala
sesuatu berwarna pink, itu sangat membuatnya tersiksa, tapi dia tidak tau harus
berbuat apa untuk balas dendam ke Angga, dia masih memikirkan caranya.
Menjelang bel istirahat berbunyi, Kimmy bangun
dari tidurnya, saat dia menengok kearah kanan, dia mendapati Chika
menghampirinya dengan senyuman merekah. “gimana keadaan lo sekarang?” Tanya
Chika.
Kimmy membalas senyuman Chika, “aku sudah
merasa lebih baik.” ucapnya sambil turun dari tempat tidur. “ayo kita ke
kelas.” Lanjutnya kemudian.
“ayo” sahut Chika.
Selama mereka dalam perjalanan menuju kelas
mereka, bel istirahat pun bersenandung dengan riangnya lalalalalala… eh
salah, maksudnya teeet… teeet…, semua murid di kelas berhamburan keluar,
dan kebanyakan tempat yang mereka tuju adalah kantin, Dhea dan Thalita yang
masih di kelas mulai khawatir, karena Kimmy dan Chika belum juga kembali ke
kelas.
“Tha, kok Kimmy sama Chika belum ke kelas ya?”
Tanya Dhea pada Thalita.
Thalita mengangkat kedua bahunya. “nggak tau,
mungkin perutnya Kimmy masih sakit.” Jawab Thalita.
“kita kesana aja yuk, takutnya ada apa-apa
lagi sama mereka.” Ajak Dhea. Terlihat sekali kalau dia sangat khawatir.
Thalita juga merasakan apa yang di rasakan
Dhea. “ayo.” Balasnya.
Saat mereka hendak melangkahkan kaki keluar
kelas untuk melihat keadaan Kimmy di UKS, Chika dan kimmy datang, Kimmy sudah
terlihat biasa lagi, berarti perutnya sudah mendingan.
“kalian ini, baru aja kita pengen kesana, eh
kalian nongol.” Ucap Thalita dengan senyum sumringah, kekhawatirannya mencair
seiring datangnya Kimmy dan Chika.
“perut lo masih sakit Kim?” Tanya Dhea
kemudian, dia juga sudah tidak khawatir lagi.
Kimmy tersenyum. “tidak, perut aku sudah
terasa lebih baik, yang pasti tidak sesakit tadi.” Jawabnya . Dhea dan Thalita
tersenyum.
Chika sepertinya baru mengingat sesuatu,
karena matanya tiba-tiba menjadi besar, dia melihat kedalam kelas, nengok ke
kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu, Thalita, Dhea dan Kimmy
mengerutkan kening karena bingung melihat kelakuan Chika yang tiba-tiba seperti
itu.
“lo kenapa Chik?” Tanya Thalita mewakili
pertanyaan Dhea dan Kimmy pada Chika.
Chika langsung mengalihkan pandangannya dari
dalam kelas ke Thalita. “anak barunya mana? Dia cakep nggak?” Tanya Chika
kembali melihat ke dalam kelas.
“cakep banget Chik, keren lagi.” Jawab Dhea
penuh antusias.
“yang bener? Gue pengen kenalan sama dia, dia
dimana?” Tanya Chika kembali. Dia celingak-celinguk ke segala arah.
“bener, kalo lo pengen kenalan sama dia, dia
ada di kantin.” Jawab Thalita.
Chika tersenyum. “ya udah, yuk, kita ke
kantin, perut gue juga udah keroncongan nih...” Ajak Chika sangat bersemangat.
“kalian bertiga saja deh yang ke kantin, aku
ingin nyalin pelajaran tadi.” Ucapnya, sekarang dia mengalihkan pandangannya ke
Dhea. “Dhe, aku pinjam buku catetan kamu ya?”
tanyanya, atau lebih terdengar seperti memohon.
“ya udah, tuh di tas, ambil sendiri ya.” Jawab
Dhea.
Kimmy tersenyum senang “ya, terima kasih.”
Thalita kembali menatap Kimmy dengan cemas.
“yakin nggak mau ke kantin bareng kita? Takutnya penyakit lo kambuh lagi.”
Ucapnya khawatir.
“aku yakin, tenang aja, nanti kalau aku sudah selesai
nyalin, aku akan nyusul kalian.” Kimmy meyakinkan sahabat-sahabatnya itu.
“ok, kita pergi dulu ya. Jangan lupa nyusul.”
Ucap Chika sambil menggandeng Thalita dan Dhea.
“ya.” Balas Kimmy.
Mereka bertiga langsung pergi ke kantin,
meninggalkan Kimmy sendirian di kelas, selama perjalanan menuju kantin Chika
senyum-senyum sendiri nggak karuan. Tapi sepertinya Thalita dan Dhea tidak
menyadarinya.
Kalo emang bener apa yang di bilang
Dhea tadi, berarti gue sekarang udah nemuin cara untuk ngebuat Angga sakit
hati, pikir Chika menggebu-gebu dalam hati.
Mereka sampai di kantin, benar kata Thalita,
anak baru itu emang ada di kantin duduk di meja paling pojok.
“Tha, orangnya yang mana?” Tanya Chika sambil
celingak celinguk ke sekeliling kantin.
“yang itu, yang kulitnya putih.” Jawab Thalita
sambil menunjuk meja paling pojok di kantin itu.
Tatapan Chika langsung mengikuti arah yang di
tunjuk Thalita, dia melihat ada dua laki-laki sedang mengobrol di meja yang
Thalita tunjuk, yang satu berkulit coklat, dan yang satu lagi berkulit putih.
Wah… bener apa kata Dhea, dia emang
cakep + keren banget. Chika mengagumi
paras cowok itu dalam hati.
“woy… ngapain lo bengong kayak sapi ompong.”
Tanya Dhea.
“eh, kagak, ayo kita ke sana.” Ajak Chika
sambil menyeret kedua sahabatnya itu.
Mereka berjalan menuju meja itu, dan saat
mereka sampai di sana, kedua cowok itu langsung melihat mereka dengan bingung.
“hai, gue Chika, kita sekelas loh.” Chika
langsung memperkenalkan dirinya. Tangannya terjulur ke arah cowok berkulit
putih itu.
Anak baru itu tersenyum ramah, dia menjabat
tangan Chika. “Nicko” ucapnya, kemudian dia mempersilahkan ke-3 anggota ‘The
Sweety Girls’ itu duduk, mereka menurut. Nicko memperhatikan Dhea dan Chika
bergantian. “kalian kembar ya?” Tanya Nicko.
Dhea dan Chika saling berpandangan sekilas,
lalu menatap Nicko bersamaan, mereka ber-2 tertawa geli mendengar pertanyaan
yang di ajukan Nicko tadi, sudah sering mereka mendengar pertanyaan itu, kening
Nicko mengerut. “kenapa ketawa? emang ada yang lucu?” tanya Nicko.
Chika dan Dhea masih tertawa, bahkan tawa
mereka makin membahana badai, WOW…!!! Amazing…!!! “wajah kita emang mirip, tapi
kita bukan anak kembar.” Jawab Chika setelah tawanya lumayan reda.
Nicko ber-oh… ria, “gue kira kalian anak
kembar.” Ucapnya jujur.
“banyak yang bilang kayak itu, tapi nyatanya
kita bukan anak kembar.” Kini giliran Dhea yang bersuara.
“Nicko, gue duluan ya.” Ucap laki-laki
berkulit cokelat tadi.
“ok.” Balas Nicko.
Setelah laki-laki berkulit cokelat itu pergi,
perbincangan di mulai kembali. Tak lama mereka berbincang-bincang, tiba-tiba
Ibu Dahlia datang menghampiri mereka dengan gerakan maju ke depan, yaiyalah…
masa gerakan maju ke belakang, apa kata dunia? Ah… sudahlah… kita lanjutkan, Sepertinya
dia sedang buru-buru sekali, di tangannya terdapat berkas-berkas yang di
genggamnya dengan sangat erat, dia semakin lama semakin dekat, anak-anak
menatap bingung.
“Nicko, kamu sedang sibuk?” Tanya Ibu Dahlia
saat dia sudah ada di depan meja mereka.
“nggak bu, ada apa?” Tanya Nicko balik.
“Syukurlah kamu sedang tidak sibuk, bisa
tolong ibu?” Tanya Ibu Dahlia tergesa-gesa.
“selama saya bisa melakukannya, akan saya
bantu.” Ucap Nicko dengan Cool-nya, bukan cool-kas ataupun cool-I ya.
“tolong kamu ketik berkas-berkas ini dengan
Kimmy di perpustakaan, pelajaran kamu selanjutnya inggris dan kimia bukan? Ibu
sudah meminta izin pada guru inggris dan Kimiamu, jadi kau tenang saja.” Ucap bu
Dahlia panjang lebar sambil mengberi 100 lembar berkas.
Kenapa Ibu Dahlia memilih Nicko untuk mengetik
dokumennya? Padahalkan Nicko itu anak baru? Itu karena ibu Dahlia sudah
mendengar dari guru lain kalau Nicko itu sudah biasa melakukan hal semacam itu
di sekolah lamanya, jadi menurut bu Dahlia, Nicko dapat di percaya untuk mengetik
dokumennya tanpa salah sedikitpun.
“Kimmy?” Tanya Nicko, dahinya berkerut, dia
belum pernah bertemu dengan orang yang namanya Kimmy.
“ya, Kimmy, kamu bisa tanyakan pada mereka,
mereka sahabat-sahabatnya Kimmy, mereka pasti tau kimmy ada dimana sekarang,
kalau gitu, ibu duluan ya.” Ucap ibu Dahlia, dia sempat memberikan senyum pada
mereka semua dan beranjak pergi.
Nicko memandang ke-3 sahabat Kimmy, “Kimmy ada
dimana? Orangnya seperti apa?” Tanya Nicko pada mereka.
“dia ada di kelas sekarang.” Ucap Chika.
“orangnya seperti apa?” Tanya Nicko.
Dhea tersenyum jail “ya kayak manusia lah.”
Canda Dhea.
Nicko menghembuskan nafas beratnya “maksud
gue, ciri-cirinya kayak gimana?” Tanya Nicko penasaran.
“ntar lo juga tau, udah sana.” Ucap Thalita
ngusir Nicko dengan enaknya, bagai menyentil semut dengan jarinya, tuing…
(-_-)
Nicko berdiri dari kursinya dan beranjak pergi
menuju kelasnya, dia lewati lorong demi lorong, banyak siswi yang
memperhatikannya bagai seorang idola, tapi dia cuek aja di perhatikan seperti
itu, akhirnya dia sampai di depan kelasnya dan masuk, dia melihat seorang
perempuan dengan rambut panjang berwarna hitam pekat tergerai dengan manisnya,
perempuan itu sedang asik menulis.
Apakah itu yang bernama Kimmy? Ucap Nicko dalam hati, Nicko melangkah
mendekati Kimmy.
Kimmy sedang asik menyalin pelajaran,
tiba-tiba dia mendengar langkah kaki seseorang yang semakin lama semakin dekat
kedengarannya, Kimmy penasaran, suara langkah kaki siapa itu, dia pun mengangkat
kepalanya dan melihat seorang laki-laki berjalan menghampirinya. Siapa dia?
Kenapa wajahnya begitu familiar? Tanya Kimmy dalam hati.
Nicko terperangah saat dia melihat wajah
perempuan itu, wajah yang sangat cantik, matanya bulat, bulu matanya lentik,
dan rambut panjangnya yang hitam pekat terurai lembut, tapi Nicko tetap
melangkah mendekati perempuan itu. “hallo, gue Nicko, anak baru di kelas ini,
lo Kimmy bukan?” ucap Nicko setibanya dia di hadapan Kimmy.
“ya, aku Kimmy, ada apa ya?” Tanya Kimmy.
“tadi ibu Dahlia nyamperin gue, dia minta
tolong sama kita buat ngetik berkas-berkas ini di perpustakaan.” Jawab Nicko
sambil menunjukkan berkas-berkas yang tadi di berikan ibu Dahlia.
“oh… tunggu sebentar ya, sebentar lagi aku
selesai.” Ucap Kimmy sambil menulis beberapa kalimat lagi, setelah selesai
menyalin, dia masukkan buku Dhea ke tempat semula, lalu menaruh buku dan alat
tulisnya kedalam tasnya.
Kimmy menatap anak baru itu, “ayo kita ke
perpus sekarang.” Ucap Kimmy.
“ya.” Sahut Nicko sekenanya.
Kimmy dan Nicko berjalan menuju Perpustakaan
dalam diam, mereka tidak mengobrol sama sekali, sampai akhirnya mereka masuk
kedalam perpustakaan.
“selamat pagi Bu Linda.” Sapa Kimmy pada
penjaga perpustakaan.
“selamat pagi Kimmy, mau membaca?” tanya Bu
Linda dengan ramahnya.
“ah tidak, kami ingin meminjam komputernya,
boleh?” tanya Kimmy.
“tentu saja boleh, ada tugas ya?” tanya bu
Linda ingin tau.
“ya.” Jawab Kimmy singkat.
“kamu anak baru ya? Saya baru melihatmu.”
Tanya bu Linda pada Nicko.
“ya, saya anak baru, nama saya Nicko bu.”
Jawab Nicko dengan sopan.
“oh Nicko, tadi guru-guru membicarakanmu loh,
kamu pindahan dari Bandung kan?” tanya bu Linda kembali.
Jangan heran dengan penggunaan bahasa yang di
gunakan bu Linda, bu Linda memang cara bicaranya seperti anak muda zaman
sekarang, karena umurnya masih terbilang muda, yaitu 21 tahun, bahkan
penampilannya pun sangat modis, lebih modis di banding para siswi di sekolah
itu.
“iya, maaf, boleh kami kerjakan tugas kami
sekarang?” tanya Nicko.
“ah iya, maaf sudah membuang waktu kalian,
silahkan.” Bu Linda mempersilahkan.
“terima kasih.” Ucap Kimmy sambil sedikit
membungkuk.
Mereka berdua menuju kursi depan komputer dan
mendudukinya, mereka memilih komputer yang bersebelahan.
“ada berapa lembar?” tanya Kimmy.
“ada 100, lo 50, gue 50.” Ucap Nicko sambil
memberikan 50 lembar berkas bu Dahlia.
“baiklah.” Sahut Kimmy sambil mengambil
berkas-berkas itu.
Mereka nyalakan komputer yang terdapat dihadapan
mereka masing-masing, membuka Microsoft Word dan mulai mengetik, satu setengah
jam berlalu dalam sepi, tidak ada yang bicara karena sibuk dengan kesibukkan
masing-masing, Kimmy dan Nicko masih belum selasai, karena banyak sekali yang
harus mereka ketik, satu lembar berkas yang di berikan bu Dahlia itu terisi
penuh dengan tulisan depan belakang, dan sekarang mereka harus mengetik 50
lembar berukuran folio itu, sudah pasti itu memerlukan waktu yang cukup lama.
2 jam berlalu, masih dalam hening, mereka
masih belum selesai mengetik, sedangkan jari-jari mereka sudah pegal untuk
mengetik kembali, Kimmy berhenti sebentar, memijit-mijit jari-jari mungilnya itu,
sedangkan Nicko masih mengetik, setelah jari Kimmy sudah terasa tidak terlalu
pegal lagi, dia meneruskan tugasnya yang sempat tertunda tadi. 5 menit
kemudian, Nicko berhenti mengetik, dia memijat-mijat jari tangannya sebentar,
dan melanjutkan kembali tugasnya.
3 jam kemudian, Kimmy masih harus mengetik 10 lembar
berkas lagi, sedangkan Nicko, dia tinggal 8 berkas lagi, 45 menit telah lalu,
mereka berdua sudah selesai mengetik, kini mereka hanya tinggal nge-print
data-data itu, ternyata nge-print data-data tersebut membutuhkan waktu yang
cukup lama, sambil menunggu data-data itu selesai di cetak, mereka merapikan
berkas-berkas yang tadi mereka ketik, menyatukannya menjadi satu, lalu
mengurutkan data-data yang sudah selesai di cetak, satu persatu, karena masih
memerlukan waktu untuk mencetak semuanya.
15 menit kemudian, data terakhir sudah selesai
di cetak, tidak lama kemudian terdengar bunyi bel pulang, semua murid
berhamburan keluar untuk pulang, sedangkan Kimmy dan Nicko keluar dari
perpustakaan menuju ruang guru.
Sesampainya di ruang guru, mereka langsung
menuju meja ibu Dahlia, kebetulan sekali, ibu Dahlia sedang ada di sana, jadi
mereka tidak perlu kalang kabut mencarinya, saat ini ibu Dahlia sedang mengisi
sebuah data.
“selamat siang bu.” Sapa Kimmy.
Ibu Dahlia langsung menatap orang yang
menyapanya dan tersenyum saat mengetahui kalau Kimmy yang menyapanya. “siang,
sudah selesai?” tanya bu Dahlia.
“iya bu, ini datanya, dan ini hasil
ketikannya.” Jawab Kimmy sambil memberikan berkas-berkas ibu Dahlia dan hasil
ketikan mereka.
Ibu Dahlia tersenyum senang, “terima kasih ya,
maaf merepotkan kalian berdua, karena ibu, kalian berdua jadi ketinggalan
pelajaran.” Ucap ibu Dahlia.
“nggak pa-pa bu, kita nggak merasa repot kok,
kalo soal pelajaran, kita bisa pinjem buku ke temen.” Ucap Nicko.
“iya bu, benar kata Nicko, kami tidak merasa
terepoti sedikitpun.” Sambung Kimmy.
“kalian memang dapat di andalkan, sekali lagi
ibu berterima kasih banyak.” Ucap ibu Dahlia.
“sama-sama, kalau gitu, kami permisi bu.” Ucap
Nicko.
“ya silahkan.” Balas ibu Dahlia,
Nicko langsung nyelonong pergi, sedangkan
Kimmy membungkukkan tubuhnya sebentar terlebih dahulu (kebiasaan orang jepang
memberi hormat), lalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Kimmy segera masuk ke dalam kelas untuk
mengambil tasnya, disana dia tidak sendiri, di dalam kelas itu ada kursi, meja,
papan tulis, ups bukan itu tapi, ada Thalita, Dhea, Chika, dan Nicko.
“wah, kayaknya sahabat kita yang satu ini cape
banget ya?” ucap Chika.
“bener banget, dan kayaknya dia nggak makan
dari istirahat tadi?” Sahut Dhea.
Kimmy hanya tersenyum tipis.
“ini, ayo cepat makan!” perintah Thalita
sambil menyodorkan 1 buah roti berukuran jumbo.
“dan ini minumnya.” Chika menaruh minuman itu
di meja.
“kita pulang setelah lo abisin semua ini.”
Ucap Dhea
Kimmy tersenyum karena perhatian yang di
berikan sahabat-sahabatnya itu.
“hey Kimmy, kalo gue boleh tau, berapa umur
lo?” tanya Nicko.
“15.” Jawab Kimmy singkat.
“nama panjang lo?” tanya Nicko kembali.
“Kimmy Nakamoto.” Jawab Kimmy.
Deg!! Nakamoto? Nama keluarganya mirip
seperti keluarga papah. Pikir Nicko.
“boleh gue tau, siapa nama nyokap bokap lo?”
tanya Nicko.
“hey Nicko, kalo pengen nanya soal itu, besok
aja, Kimmy harus ngabisin tuh makanan terus pulang.” Omel Dhea
“oke-oke, woles aja kali, gue duluan ya.”
Jawab Nicko nyelonong pergi.
“ya.” Ucap semuanya yang ada di ruangan itu.
***
Sebenarnya
Kimmy itu siapa? Kenapa gue ngerasa nggak asing deket sama dia, gue ngerasa
deket, dan nama keluarganya itu, sama seperti nama keluarga papah, apa mungkin
ini hanya kebetulan? Mungkin aja, banyak nama keluarga jepang yang sama kan,
tapi… ah sudahlah. Pikir Nicko yang saat ini sedang berbaring di
ranjangnya.
to be continue